Ilmu dan Iman, Dua Sayap Pendidikan yang Terlupakan

Oleh: Inggrid Sitanala
Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika by Research GASING
Universitas Pendidikan Indonesia

Nasional, Inspirasisulut.com – Pendidikan memiliki peran sentral dalam membentuk karakter dan masa depan suatu bangsa. Namun, di tengah arus modernisasi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat, sering kali esensi sejati dari pendidikan mengalami pergeseran. Pendidikan cenderung dipandang semata-mata sebagai sarana untuk memperoleh pekerjaan, meraih prestasi akademik, atau mengejar gelar. Padahal, lebih dari itu, pendidikan semestinya berakar pada nilai-nilai luhur yang bersumber dari agama dan etika. Sebab itu sangat penting untuk mengenal berapa aspek yang erat kaitannya (koherensif) dengan esensi atau nilai tersebut.

Landasan Religius: Fondasi Pendidikan yang Hakiki

Landasan religius merupakan dasar utama dalam membangun sistem pendidikan yang utuh. Dalam konteks kepercayaan Kristen, firman Tuhan dalam Amsal 1:7 menyatakan, ‘Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.’ Ayat ini menegaskan bahwa pengetahuan sejati berawal dari rasa hormat dan takwa kepada Tuhan.
Tujuan pendidikan dari perspektif religius adalah membentuk individu yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Pendidikan tidak hanya bertujuan mencerdaskan akal, tetapi juga menumbuhkan kepekaan nurani dan tanggung jawab moral sebagai ciptaan Tuhan. Dengan demikian, isi pendidikan sebaiknya mencakup aspek keagamaan dan moral yang mampu membentuk karakter peserta didik, sekaligus mendorong penguasaan ilmu pengetahuan yang selaras dengan ajaran agama.

Peran Etika dalam Memandu Pendidikan

Selain landasan religius, pendidikan juga membutuhkan pondasi etika. Etika membantu merumuskan arah pendidikan agar tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga pada proses yang bermartabat. Etika menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, integritas, dan empati yaitu nilai-nilai yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial.
Pendidikan yang dilandasi etika akan menghasilkan manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara moral. Di sinilah pentingnya merancang tujuan dan isi pendidikan yang seimbang antara aspek kognitif dan afektif, sehingga peserta didik tumbuh sebagai pribadi yang berilmu sekaligus beretika.

Matematika dan Spiritualitas: Hubungan yang Tak Terpisahkan

Salah satu contoh bagaimana agama dan ilmu pengetahuan saling berkaitan dapat dilihat dalam hubungan antara matematika dan ajaran keagamaan. Matematika kerap digunakan dalam berbagai aktivitas keagamaan, seperti perhitungan kalender ibadah atau hari raya hingga arsitektur tempat ibadah. Lebih dari itu, matematika juga dianggap sebagai bahasa semesta yang mencerminkan keteraturan ciptaan Tuhan.
Dengan memahami matematika, seseorang dapat melihat keindahan dan kebesaran Tuhan dalam keteraturan alam semesta. Oleh karena itu, mempelajari ilmu matematika dapat menjadi sarana untuk memperdalam pemahaman terhadap nilai-nilai spiritual, sekaligus menumbuhkan rasa syukur atas kebijaksanaan Sang Pencipta.

 

Menegaskan Arah Pendidikan Kita

Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang mampu membentuk manusia secara utuh: cerdas, bermoral, dan spiritual. Oleh karena itu, penting bagi semua pemangku kepentingan Pendidikan seperti guru, orang tua, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas untuk kembali menegaskan pentingnya nilai-nilai religius dan etika dalam setiap aspek pendidikan.
Dengan menyatukan ilmu dan iman, serta mengedepankan akhlak dan integritas, kita dapat membangun generasi yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga memiliki kepedulian sosial dan tanggung jawab spiritual. Inilah fondasi sejati dari pendidikan yang mampu menghadirkan perubahan positif bagi bangsa dan dunia.

(red)